Minggu, 04 Mei 2014

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)



BAB I
PENDAHULUAN

11. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,upaya ini dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen (Ilmu Kebidanan 2003). 
Metode IUD telah menjadi bagian gerakan Keluarga Berencana Nasional serta peminatnya makin bertambah,  KB IUD ini aman, efektif, dan digunakan dalam jangka waktu panjang. 
12. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum 

Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mempunyai wawasan yang lebih dalam dari pengalaman yang nyata dalam melaksanakan manajemen kebidanan pada akseptor KB. 

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu meleksanakan pengkajian data pada klien akseptor KB. 
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah pada akseptor KB. 
c.  Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah potensial pada akseptor KB. 
d.                     Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada akseptor KB. 
e.  Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan kebidanan disertai rasionalisasi dan intervensi pada klien akseptor KB. 
f.  Mahasiswa dapat melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada klien akseptor KB. 
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien akseptor KB. 
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Menurut buku Ilmu Kebidanan (1999), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah memasukkan benda atau alat ke dalam uterus untuk mencegah terjadinya kehamilan. 
Menurut buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dipasang di luar hamil dan saat selesai menstruasi.  Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) tidak dapat dipasang pada keadaan terdapat infeksi genetalia karena akan menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi, keadaan patologis lokal (furunkel, stenosis vagina, infeksi vagina), dugaan keganasan serviks, perdarahan dengan sebab yang tidak jelas pada kehamilan (terjadi abortus, mudah perforasi, perdarahan, infeksi). 
Menurut BKKBN (2003), AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. 
Menurut Wikipedia, AKDR adalah:
1.      Bentuk kontrol kelahiran yang kecil berbentuk ‘T’, mengandung tembaga atau progesteron, dimasukkan ke dalam rahim.
2.      Bentuk kontrasepsi reversibel long-acting yang merupakan jenis yang paling efektif untuk pengendalian kelahiran reversibel. 
3.      Pada tahun 2002, IUD adalah bentuk yang paling banyak digunakan sebagai kontrasepsi reversibel, dengan hampir 160 juta pengguna di seluruh dunia. 
2.2 Profil
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, profil IUD yaitu:
·         Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang. 
·         Haid menjadi lebih lama dan banyak. 
·         Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan. 
·         Dapat dipakai oleh semua permpuan usia reproduksi. 
·         Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada IMS. 
2.3 Jenis
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, jenis IUD yaitu:
·         AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga.  Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana-mana. 
·         AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering). 
·         Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-380A. 
2.4 Cara Kerja
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, cara kerja IUD yaitu:
·         Mengahambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. 
·         Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. 
·         Mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. 
·         Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. 
Menurut buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, mekanisme kerja lokal AKDR sebagai berikut:
·         AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit. 
·         AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitasi spermatozoa. 
·         Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi. 
·         Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi. 
2.5 Pengguna Menyukai AKDR
·         Efektif mencegah kehamilan. 
·         Jangka panjang. 
·         Tidak perlu biaya penggunaan AKDR selama 5 tahun. 
·         Tidak perlu memeriksa atau pemeriksaan rutin selama pemasangan. 
2.6 Keuntungan
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, keuntungan dari penggunaan IUD yaitu:
·         Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. 
·         AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. 
·         Metode jangka panjang. 
·         Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat. 
·         Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 
·         Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. 
·         Tidak ada efek samping hormonal. 
·         Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. 
·         Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus. 
·         Dapat digunakan  sampai menopause. 
·         Tidak ada interaksi dengan obat-obat. 
·         Membantu mencegah kehamilan ektopik. 
·         Mengurangi resiko kanker endometrium. 
2.7 Kerugian
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, kerugian dari penggunaan IUD yaitu:
·         Efek samping yang umum terjadi:
Ø  Perubahan siklus haid. 
Ø  Perdarahan tidak teratur. 
Ø  Haid lebihh lama dan banyak. 
Ø  Saat haid lebih sakit dan kram. 
·         Komplikasi lain:
Ø  Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. 
Ø  Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia. 
Ø  Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). 
Ø  Abortus, partus prematurus, atau infeksi. 
·         Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. 
·         Tidak baik digunakan denngan perempuasn IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. 
·         PRP terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.  PRP dapat memicu infertilitas. 
·         Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan AKDR.  Seringkali perempuan takut selama pemasangan. 
·         Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR.  Biasanya menghilang dalam 1-2 hari. 
·         Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.  Petugas kesehatan yang terlatih yang harus melepaskan AKDR. 
·         Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui. 
·         Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. 
·         Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.  Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. 
2.8 Indikasi
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, yang dapat menggunakan IUD yaitu:
·         Usia reproduktif. 
·         Keadaan nulipara dan multipara. 
·         Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 
·         Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. 
·         Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya. 
·         Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adaanya infeksi. 
·         Resiko rendah dari IMS. 
·         Tidak menghendaki metode hormonal. 
·         Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari. 
·         Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama. 
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif. 
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:
·         Perokok. 
·         Pasca keguguran. 
·         Sedang memakai antibiotika atau anti kejang. 
·         Gemuk ataupun yang kurus. 
·         Sedang menyusui. 
·         Penderita tumor jinak payudara. 
·         Penderita kanker payudara. 
·         Pusing-pusing, sakit kepala. 
·         Tekanan darah tinggi. 
·         Varises di tungkai atau di vulva. 
·         Penderita penyakit jantung. 
·         Pernah menderita stroke. 
·         Penderita diabetes. 
·         Penderita penyakit empedu atau hati. 
·         Malaria. 
·         Skistosomiasis (tanpa anemia). 
·         Penyakit tiroid. 
·         Epilepsi. 
·         Nonpelvik TBC. 
·         Setelah kehamilan ektopik. 
·         Setelah pembedahan pelvik. 

2.9  Kontraindikasi
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, yang tidak diperkenankan menggunakan IUD yaitu:
·         Sedang hamil. 
·         Perdarahan vagina yang tidak diketahui. 
·         Sedang menderita infeksi alat genital. 
·         Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik. 
·         Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.  
·         Penyakit trofoblas yang ganas. 
·         Diketahui menderita TBC pelvik. 
·         Kanker alat genital. 
·         Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. 
2.10 AKDR Tidak Menimbulkan
·         Penyakit radang panggul. 
·         Meningkatkan risiko IMS. 
·         Meningkat risiko abortus setelah AKDR dicabut. 
·         Infertilitas. 
·         Kelainan kongenital.
·         Kanker. 
·         Migrasi AKDR ke jantung atau otak. 
·         Dispareunia. 
·         Mengurangi insidens kehamilan ektopik. 
2.11 AKDR Post-Plasenta
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, AKDR Post-Plasenta yaitu:
·         Kita pernah mengenal program AKDR postpartum di mana pasien mendapat insersi AKDR pasca persalinan.  Program tersebut tidak pernah dikembangkan lagi. 
·         Dengan adanya cara yang relative baru yaitu insersi AKDR post-plasenta mungkin mempunyai harapan dan kesempatan bagi banyak ibu yang tak ingin hamil lagi.  Teknik ini cukup aman.  Hanya sebagian kecil (3-8 persen) ibu yang menginginkan anak lagi.  Bagi Indonesia dengan kesulitan hidup yang cukup tinggi (30 persen miskin), dan  banyaknya unmet need (8,6 persen) maka tekhnologi ini perlu ditawarkan.  Pasien hendaknya mendapat konseling sebelum persalinan. 
·         Pemasangan AKDR dapat dilakukan juga pada saat seksio sesarea.  Peningkatan penggunaan AKDR akan mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan di masa depan, sehingga akan  mengurangi angka kematian ibu di Indonesia. 
2.12 Efektifitas
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, efektifitas dari penggunaan IUD yaitu:
·         AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah resiko infeksi, perforasi dan perdarahan. 
·         Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi dan ini harus disadari oleh pasien; bila mau akan dipasang lagi. 
·         Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil resiko ekspulsi.  Oleh karena itu perlu pelatihan. 
·         Kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah: ketuban pecah lama, infeksi intrapartum, perdarahan post partum. 
2.13 Waktu Penggunaan
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, waktu penggunaan IUD yaitu:
·         Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. 
·         Hari pertama sampai ke-7 siklus haid. 
·         Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan: setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).  Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pascapersalinan. 
·         Setelah menderita abortus (segera atau dalam waaktu 7 hari) apabila tidak, ada gejala infeksi. 
·         Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. 
2.14 Petunjuk Bagi Klien
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, petunjuk bagi klien setelah penggunaan yaitu:
·         Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR. 
·         Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid. 
·         Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:
-          Kram/kejang di perut bagian bawah. 
-          Pendarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama. 
-          Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual. 
·         Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan. 
·         Kembali ke klinik apabila:
-          Tidak dapat meraba benang AKDR. 
-          Merasakan bagian yang keras dari AKDR. 
-          AKDR terlepas. 
-          Siklus terganggu atau meleset. 
-          Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan. 
-          Adanya infeksi. 
2.15 Informasi Umum
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, informasi umum tentang IUD yaitu:
·         AKDR bekerja langsung efektif setelah pemasangan. 
·         Kemungkinan terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah pemasangan. 
·         Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak. 
·         AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien. 
·         Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas dan berikan kartu tentanng semua informasi semua ini. 
·         AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS.  Apabila pasangannya berisiko, maka harus menggunakan kondom seperti  AKDR. 
2.15 Cara Pemasangan
Menurut buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, cara pemasangan IUD adalah: 
1.      Copper T atau Seven Copper: 
a.       Bungkus seven copper atau copper T dibuka. 
b.      AKDR-nya dimasukan ke dalam introdusor melalui ujungnya sampai batas tertentu dengan memakai sarung tangan steril. 
c.       Introdusor dengan AKDR terpasang dimasukan ke dalam rahim sampai menyentuh fundus uteri dan ditarik sedikit. 
d.      Pendorong selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang. 
e.       Introdusor dan pendorongnya ditarik. 
2.      Multiload atau Medusa: 
a.       Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan.
b.      Teknik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri, tanpa henti. 
c.       Setelah mencapai fundus uteri, introdusornya ditarik. 
d.      Tali AKDR dipotong sependek mungkin. 
e.       Sterilitas pemasangan Medusa atau Multiload lebih terjamin, komplikasi perforasi terjadi saat pemasangan AKDR. 
Menurut buku Kapita Selekta Kedokteran, cara pemasangan IUD adalah: 
1.      Lippes Loop
a.       Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan bentuk, ukuran, dan posisi uterus. Singkirkan kemungkinan kehamilan infeksi pelvik. 
b.      Serviks dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik, misalnya merkurokrom atau jodium. 
c.       Inspekulo, serviks ditampilkan dan bibir depan serviks dijepit dengan cunam serviks kira-kira 2 cm dari ostium uteri eksternum dengan satu gigi di dalam kanalis servikalis. 
d.      Masukan sonde uterus untuk menentukan arah sumbu kanalis servikalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi ostium uteri internum.  Tentukan arah ante atau retroversi uteri.  Jika sonde masuk < 5 cm atau kavum uteri terlalu sempit, insersi AKDR jangan dilakukan. 
e.       Tabung penyalur dengan AKDR didalamnya dimasukan melalui kanalis servikalis sesuai dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu memasukan sonde. 
f.       Sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan, pendorong (plugger) menahan AKDR dalam posisinya. 
g.      Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting 2-3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat. 










BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1.     Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah memasukkan benda atau alat ke dalam uterus untuk mencegah terjadinya kehamilan, Ilmu Kebidanan (1999).
2.     Jenis-jenis AKDR yaitu AKDR CuT-38OA dan NOVA T.
3.     Mekanisme kerja IUD yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dll.
4.     Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:
a.    IUD-nya: ukuran, bentuk kandungannya. 
b.   Akseptor: umur, parietas, frekuensi senggama. 
c.    Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor.
5.     Kerugian AKDR non hormonal (CuT-380A) yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama, perdarahan (spotting) antar menstruasi, disaat haid lebih sakit. Kerugian IUD hormonal yaitu jauh lebih mahal dari pada CuT-380A, harus diganti setelah 18 bulan.
6.     Indikasi pemakaian AKDR atau IUD yaitu usia reproduktif, keadan nulipara, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, menyusui, yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya. 
7.     Kontraindikasi pemakaian AKDR yaitu sedang hamil, perdarahan vagina yang tidak diketaui, sedang menderita infeksi genetalia, penyakit trofoblas yang ganas, diketahui menderita TBC pelvik. 
8.     AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan, AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama, kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan, perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak, AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.
3.2                         Saran
1.     Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2.     Bagi tenaga kesehatan
a.       Sebagai tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b.       Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan inform consent pada klien.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar